- Back to Home »
- Kumpulan Cerpen : Permen Cokelat Keberuntungan
Posted by : Unknown
Sabtu, 09 November 2013
“Huft.. Akhirnya..!!” kataku dalam hati sambil mengusap keringat yang mengucur deras dari wajahku.
“Gimana Ta? lumayan bagus kan?” kata mamaku seraya melihat toko permen yang akan aku buka dengan mama mulai besok.
“Iya mah, nuansanya dapet banget, makasih ya mah, udah bantuin aku!” kataku seraya mengecup pipi mamaku.
“Ya sudah, sekarang kita pulang ke rumah, membuat permen cokelat yang banyak untuk dijual besok di toko baru kita ini”
“Baiklah, ayo mah, aku udah gak sabar untuk membuat permen cokelat sama mama.” Mama hanya tersenyum mendengar omonganku itu.
“Gimana Ta? lumayan bagus kan?” kata mamaku seraya melihat toko permen yang akan aku buka dengan mama mulai besok.
“Iya mah, nuansanya dapet banget, makasih ya mah, udah bantuin aku!” kataku seraya mengecup pipi mamaku.
“Ya sudah, sekarang kita pulang ke rumah, membuat permen cokelat yang banyak untuk dijual besok di toko baru kita ini”
“Baiklah, ayo mah, aku udah gak sabar untuk membuat permen cokelat sama mama.” Mama hanya tersenyum mendengar omonganku itu.
KEESEKON HARINYA.
“TELAH DIBUKA TOKO PERMEN COKLAT KEBERUNTUNGAN” itu adalah bunyi dari slogan yang ku buat dengan mama kemarin untuk menarik perhatian pengunjung. Ya walaupun gak terlalu bagus, tapi lumayan lah untuk menarik perhatian pengunjung. Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa aku kompak sekali dengan mama, itu karena Papaku sudah tiada. 2 tahun lalu, Papa kecelakaan mobil saat ingin pulang ke rumah dari tugasnya di Manado. Mama sangat terpukul dengan kepergian Papa, jadi aku berencana, dengan menyibukkan Mama, Mama gak akan terlalu merasa kepergian Papa yang terlalu cepat.
“TELAH DIBUKA TOKO PERMEN COKLAT KEBERUNTUNGAN” itu adalah bunyi dari slogan yang ku buat dengan mama kemarin untuk menarik perhatian pengunjung. Ya walaupun gak terlalu bagus, tapi lumayan lah untuk menarik perhatian pengunjung. Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa aku kompak sekali dengan mama, itu karena Papaku sudah tiada. 2 tahun lalu, Papa kecelakaan mobil saat ingin pulang ke rumah dari tugasnya di Manado. Mama sangat terpukul dengan kepergian Papa, jadi aku berencana, dengan menyibukkan Mama, Mama gak akan terlalu merasa kepergian Papa yang terlalu cepat.
“Silahkan! Kami sedang mengadakan promo pembukaan toko kami, silahkan mampir!” teriakku untuk menarik pengunjung.
“Gak semudah yang kamu kira sayang, menarik perhatian orang itu susah” kata mama yang tiba-tiba ada di sampingku.
“Ku pikir akan mudah, ternyata susah sekali ya?” jawabku dengan muka sedih.
“Gak semudah yang kamu kira sayang, menarik perhatian orang itu susah” kata mama yang tiba-tiba ada di sampingku.
“Ku pikir akan mudah, ternyata susah sekali ya?” jawabku dengan muka sedih.
Awalnya, ku pikir ini akan berlangsung lama, ternyata perkiraanku salah. Toko permen kami dalam seminggu sudah dapat memberikan kami keuntungan yang sangat besar! Mama sangat senang mengetahui hal itu, aku pun juga begitu. Hingga pada suatu hari, seorang lelaki berwajah indo datang mengunjungi toko kami, dan aku pun menyambutnya dengan baik seperti pengunjung yang lain.
“Selamat siang, selamat datang di toko permen keberuntungan!” kataku seraya tersenyum menatap lelaki indo itu.
“Selamat siang, nama toko yang bagus, tapi.. apakah benar akan mendapat keberuntungan?” tanyanya dengan muka sinis.
“Yaaa.. semoga saja..” jawabku seraya tersenyum.
“Oke.. aku mau permen love chocolate mint” pintanya seraya memberikan uang padaku.
“Tunggu sebentar yaa..”
“Selamat siang, selamat datang di toko permen keberuntungan!” kataku seraya tersenyum menatap lelaki indo itu.
“Selamat siang, nama toko yang bagus, tapi.. apakah benar akan mendapat keberuntungan?” tanyanya dengan muka sinis.
“Yaaa.. semoga saja..” jawabku seraya tersenyum.
“Oke.. aku mau permen love chocolate mint” pintanya seraya memberikan uang padaku.
“Tunggu sebentar yaa..”
Tak lama kemudian, aku kembali sambil membawa permen yang dia pesan. “Ini dia, silahkan dicoba” kataku sambil memberikan permen itu.
“Rasa apa ini? Kok rasa mintnya lebih kuat daripada rasa cokelatnya? Ini gak pantas untuk dijual!” katanya sambil terus mencerca permen buatanku itu.
“Tapi, jika komposisinya tidak pas, kenapa pengunjung kami paling suka dengan permen itu?” jelasku padanya sambil setengah melotot.
“Itu mungkin karena mereka tidak ingin membuatmu sakit hati, tapi aku yakin jika kamu tidak mengubah komposisi permen ini, pelangganmu akan pergi dengan sendirinya” kata-kata itu sungguh membuat aku takut, entah kenapa? Dia adalah orang pertama yang mengkritik permen buatanku.
“Besok aku akan kembali ke sini lagi, dan aku mau kau memperbaiki komposisi permen ini.” katanya sambil tersenyum sinis kemudian berlalu.
“Rasa apa ini? Kok rasa mintnya lebih kuat daripada rasa cokelatnya? Ini gak pantas untuk dijual!” katanya sambil terus mencerca permen buatanku itu.
“Tapi, jika komposisinya tidak pas, kenapa pengunjung kami paling suka dengan permen itu?” jelasku padanya sambil setengah melotot.
“Itu mungkin karena mereka tidak ingin membuatmu sakit hati, tapi aku yakin jika kamu tidak mengubah komposisi permen ini, pelangganmu akan pergi dengan sendirinya” kata-kata itu sungguh membuat aku takut, entah kenapa? Dia adalah orang pertama yang mengkritik permen buatanku.
“Besok aku akan kembali ke sini lagi, dan aku mau kau memperbaiki komposisi permen ini.” katanya sambil tersenyum sinis kemudian berlalu.
DI RUMAH.
“Aku pulang!!!” kataku sambil membanting pintu.
“Kenapa Ta?” Tanya mamaku yang kaget melihatku pulang sambil membanting pintu.
“Aku gak apa-apa mah! Aku mau ke kamar dulu, dan aku gak mau diganggu!” kataku sambil menaiki tangga menuju kamarku yang ada di lantai atas.
“Aku pulang!!!” kataku sambil membanting pintu.
“Kenapa Ta?” Tanya mamaku yang kaget melihatku pulang sambil membanting pintu.
“Aku gak apa-apa mah! Aku mau ke kamar dulu, dan aku gak mau diganggu!” kataku sambil menaiki tangga menuju kamarku yang ada di lantai atas.
Kenapa? Kenapa dia ngomong kaya gitu? Nyakitin banget tau!! kalau toh permen itu komposisinya gak pas, kenapa permen itu masih jadi yang terfavorit di tokoku selama sebulan ini? kata-kata itu terus terngiang-ngiang di otakku sampai aku merasa pusing.
“Aku harus memperbaiki komposisi permen itu!” kataku dalam hati sambil membuka pintu dan segera menuju dapur. Aku langsung membuat permen itu dengan komposisi yang berbeda dari biasanya, dan berharap itu lebih baik dari yang sebelumnya.
“Aku harus bisa memperbaiki komposisi permen ini, aku gak mau hanya karena permen ini tokoku jadi bangkrut, aku gak mau ngeliat mama sedih jika nanti kenyataannya tokoku akan bangkrut” kataku dalam hati.
“Aku harus memperbaiki komposisi permen itu!” kataku dalam hati sambil membuka pintu dan segera menuju dapur. Aku langsung membuat permen itu dengan komposisi yang berbeda dari biasanya, dan berharap itu lebih baik dari yang sebelumnya.
“Aku harus bisa memperbaiki komposisi permen ini, aku gak mau hanya karena permen ini tokoku jadi bangkrut, aku gak mau ngeliat mama sedih jika nanti kenyataannya tokoku akan bangkrut” kataku dalam hati.
KEESOKAN HARINYA.
“Huft.. Semoga rasanya bisa lebih enak” kataku sambil tersenyum melihat permen Love Chocolate Mint yang baru ku perbaiki komposisinya.
“Huft.. Semoga rasanya bisa lebih enak” kataku sambil tersenyum melihat permen Love Chocolate Mint yang baru ku perbaiki komposisinya.
Tak lama kemudian, lelaki indo yang kemarin mencerca permenku kembali datang, tanpa basa-basi lagi aku langsung menyodorkan permen yang dia cerca kemarin.
“Silahkan dicoba! Ini sudah aku perbaiki komposisinya!”
“Kenapa kamu begitu marah? Itu kan demi kebaikanmu dan tokomu! Baik akan aku coba” katanya sambil mengambil permen yang paling besar.
“Bagaimana rasanya? Lebih enak kan? Komposisinya pas kan?” tanyaku setengah penasaran.
Lelaki itu hanya tersenyum sinis. “Ini tidak lebih baik dari kemarin, sekarang rasa cokelatnya yang terlalu mendominasi. Seharusnya kamu tahu perkiraan yang tepat dalam membuat permen ini. kalau kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan, silahkan kamu coba sendiri permen ini, dan rasakan apakah ada yang salah atau tidak. Aku tidak akan melupakan rasa permen yang kau buat dulu.” katanya sambil berlalu begitu cepat dan hanya meninggalkan uang di atas meja.
“Hah? Darimana dia tahu kalau aku pernah ngebuat permen ini waktu aku kecil?” Aku bertanya-tanya dalam hati.
“Silahkan dicoba! Ini sudah aku perbaiki komposisinya!”
“Kenapa kamu begitu marah? Itu kan demi kebaikanmu dan tokomu! Baik akan aku coba” katanya sambil mengambil permen yang paling besar.
“Bagaimana rasanya? Lebih enak kan? Komposisinya pas kan?” tanyaku setengah penasaran.
Lelaki itu hanya tersenyum sinis. “Ini tidak lebih baik dari kemarin, sekarang rasa cokelatnya yang terlalu mendominasi. Seharusnya kamu tahu perkiraan yang tepat dalam membuat permen ini. kalau kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan, silahkan kamu coba sendiri permen ini, dan rasakan apakah ada yang salah atau tidak. Aku tidak akan melupakan rasa permen yang kau buat dulu.” katanya sambil berlalu begitu cepat dan hanya meninggalkan uang di atas meja.
“Hah? Darimana dia tahu kalau aku pernah ngebuat permen ini waktu aku kecil?” Aku bertanya-tanya dalam hati.
DI RUMAH.
“Mah.. Memang aku waktu kecil pernah punya temen cowok ya?” tanya aku pada mama.
“Iya, kamu punya satu teman cowok.” jawab mama sambil tersenyum padaku.
“Hah? Satu? Siapa dia mah?” tanyaku lagi pada mama.
“Dia bernama Steven, dia tetangga kita sebelum dia pindah ke Prancis, dia keturunan indo loh! Emang kenapa Ta?” jelas mama.
“Hah? Orang indo? Mama serius?” tanya ku setengah tidak percaya dengan apa yang mama jelaskan.
“Iya ngapain mama boong sih? Kamu juga kok tumben banget nanya begitu sama mama?” tanya mama.
“Enggak, gak papa. Soalnya tadi di tokoku ada lelaki yang dateng dan dia bilang aku gak akan pernah ngelupain permen buatan kamu dulu, gitu mah. Dan aku penasaran kira-kira dia siapa” jelasku pada mama.
“Jangan-jangan itu Steven, soalnya kemarin dia telepon mama kalau dia lagi ada di Jakarta dan dia nanyain tentang kamu, mama bilang aja kalau kamu lagi di toko permen kamu.” jelas mama.
“Iya kali ya mah, mungkin itu dia, oke mah aku mau buat permen Love Chocolate Mint yang pernah aku buat bareng sama dia dulu” kataku sambil tersenyum pada mama dan berlari ke dapur.
“Jika benar kamu Steven, aku akan berusaha membuat permen cokelat yang pernah aku buat dulu sama kamu. Semoga permen ini benar-benar permen Love Chocolate Mint” kataku dalam hati sambil tersenyum saat membuat permen itu.
“Mah.. Memang aku waktu kecil pernah punya temen cowok ya?” tanya aku pada mama.
“Iya, kamu punya satu teman cowok.” jawab mama sambil tersenyum padaku.
“Hah? Satu? Siapa dia mah?” tanyaku lagi pada mama.
“Dia bernama Steven, dia tetangga kita sebelum dia pindah ke Prancis, dia keturunan indo loh! Emang kenapa Ta?” jelas mama.
“Hah? Orang indo? Mama serius?” tanya ku setengah tidak percaya dengan apa yang mama jelaskan.
“Iya ngapain mama boong sih? Kamu juga kok tumben banget nanya begitu sama mama?” tanya mama.
“Enggak, gak papa. Soalnya tadi di tokoku ada lelaki yang dateng dan dia bilang aku gak akan pernah ngelupain permen buatan kamu dulu, gitu mah. Dan aku penasaran kira-kira dia siapa” jelasku pada mama.
“Jangan-jangan itu Steven, soalnya kemarin dia telepon mama kalau dia lagi ada di Jakarta dan dia nanyain tentang kamu, mama bilang aja kalau kamu lagi di toko permen kamu.” jelas mama.
“Iya kali ya mah, mungkin itu dia, oke mah aku mau buat permen Love Chocolate Mint yang pernah aku buat bareng sama dia dulu” kataku sambil tersenyum pada mama dan berlari ke dapur.
“Jika benar kamu Steven, aku akan berusaha membuat permen cokelat yang pernah aku buat dulu sama kamu. Semoga permen ini benar-benar permen Love Chocolate Mint” kataku dalam hati sambil tersenyum saat membuat permen itu.
KEESOKAN HARINYA.
Aku dengan semangat ekstra berangkat ke toko permen ku, berharap Steven akan datang lebih cepat hari ini. Dan benar saja, Steven sudah ada di depan toko permenku meskipun aku belum membuka tokoku itu.
“Ngapain kamu pagi-pagi gini? Aku kan baru buka toko jam 9?” kataku padanya.
“Aku ingin lebih cepat mencoba permen cokelat yang kamu baru buat, karena aku akan pergi sebelum jam 9 nanti.” jelasnya.
“Oh begitu.. ini aku sudah membuat permen cokelat yang kau mau dan semoga saja rasanya pas.” kataku sambil memberikan permen cokelat yang sudah aku bungkus dengan kertas kado warna hijau, warna kesukaan Steven.
“Repot banget, pake dibungkus segala” katanya.
Aku hanya tersenyum tanpa berkata apapun. Dia pun mengambil satu permen itu dan memakannya sambil tersenyum.
“Ternyata kamu sudah ingat rasa permen yang dulu pernah kita buat bersama.” katanya sambil tersenyum.
“Tentu saja, bagaimana aku bisa melupakan rasa itu, Steven” kataku.
Dia kaget dan berkata, “Bagaimana kamu tahu aku Steven?” tanyanya padaku.
“Bagaimana aku bisa lupa dengan temen cowokku satu-satunya waktu aku kecil.” jawabku sambil tersipu malu.
“Aku senang kamu masih mengingatku sebelum aku kembali ke Perancis.” katanya dengan muka yang ku pikir itu adalah muka yang sedih.
“Tak perlu sedih, kita kan bisa bertemu lagi ketika kamu nanti pulang ke Jakarta.” kataku sambil tersenyum.
Lalu dia mengeluarkan sesuatu yang dibungkus kertas kado berwarna pink, warna kesukaanku. “Ini buat kamu, tapi ku harap jangan dibuka dulu sebelum aku pergi” katanya sambil memberikan itu padaku.
“Baiklah, makasih yaa, ku rasa isinya akan sebagus bungkusnya.” kataku.
“kalau begitu, aku pergi dulu, sampai jumpa lain waktu jika aku ke Jakarta kembali” katanya sambil mengenggam tanganku.
“Iya semoga kita bertemu lagi, aku akan menunggumu.” kataku sambil tersenyum. Lalu dia pergi sambil melambaikan tangannya padaku.
Aku dengan semangat ekstra berangkat ke toko permen ku, berharap Steven akan datang lebih cepat hari ini. Dan benar saja, Steven sudah ada di depan toko permenku meskipun aku belum membuka tokoku itu.
“Ngapain kamu pagi-pagi gini? Aku kan baru buka toko jam 9?” kataku padanya.
“Aku ingin lebih cepat mencoba permen cokelat yang kamu baru buat, karena aku akan pergi sebelum jam 9 nanti.” jelasnya.
“Oh begitu.. ini aku sudah membuat permen cokelat yang kau mau dan semoga saja rasanya pas.” kataku sambil memberikan permen cokelat yang sudah aku bungkus dengan kertas kado warna hijau, warna kesukaan Steven.
“Repot banget, pake dibungkus segala” katanya.
Aku hanya tersenyum tanpa berkata apapun. Dia pun mengambil satu permen itu dan memakannya sambil tersenyum.
“Ternyata kamu sudah ingat rasa permen yang dulu pernah kita buat bersama.” katanya sambil tersenyum.
“Tentu saja, bagaimana aku bisa melupakan rasa itu, Steven” kataku.
Dia kaget dan berkata, “Bagaimana kamu tahu aku Steven?” tanyanya padaku.
“Bagaimana aku bisa lupa dengan temen cowokku satu-satunya waktu aku kecil.” jawabku sambil tersipu malu.
“Aku senang kamu masih mengingatku sebelum aku kembali ke Perancis.” katanya dengan muka yang ku pikir itu adalah muka yang sedih.
“Tak perlu sedih, kita kan bisa bertemu lagi ketika kamu nanti pulang ke Jakarta.” kataku sambil tersenyum.
Lalu dia mengeluarkan sesuatu yang dibungkus kertas kado berwarna pink, warna kesukaanku. “Ini buat kamu, tapi ku harap jangan dibuka dulu sebelum aku pergi” katanya sambil memberikan itu padaku.
“Baiklah, makasih yaa, ku rasa isinya akan sebagus bungkusnya.” kataku.
“kalau begitu, aku pergi dulu, sampai jumpa lain waktu jika aku ke Jakarta kembali” katanya sambil mengenggam tanganku.
“Iya semoga kita bertemu lagi, aku akan menunggumu.” kataku sambil tersenyum. Lalu dia pergi sambil melambaikan tangannya padaku.
Setelah membuka toko, aku beristirahat sebentar dan meluangkan waktu untuk membuka kado dari Steven. Tahukah kamu apa isinya? Dia memberikan aku sebuah kalung yang berlambang cinta, cokelat, dan sebuah daun mint, jika digabungkan menjadi Love Chocolate Mint. Dan tentunya ada sepucuk kartu yang bertuliskan,
‘Jangan pernah kamu lupakan cinta cokelat mint kita, karena aku gak akan pernah melupakannya, dan aku berharap kamu gak akan pernah melupakannya.’
“Tentu saja aku tidak akan melupakanmu, lelaki yang sudah mengajarkan bagaimana aku tidak boleh melupakan masa laluku.” kataku sambil berharap dia mendengar apa yang baru saja aku katakan.
Cerpen Karangan: Tasya Aulya R.
source : cerpenmu.com
Diberdayakan oleh Blogger.